Menjadi Penalaran

LANGKAHKU MENJADI PENALARAN

Ruang Senat gedung Rektorat Universitas Negeri Makassar (UNM) tanggal 13 Januari 2013, 400 lebih mahasiswa UNM dari berbagai fakultas duduk bersama sebagai calon anggota Lembaga Penelitian Mahasiswa (LPM-P) UNM. Dengan sebuah dorongan yang kuat dari penasehat akademikku (Pak Subaer), akupun berada diantara 400 lebih mahasiswa itu. Technical Meeting saat itu membahas tentang tes-tes yang harus kami lewati 2 minggu kedepannya untuk dapat lolos masuk di daftar 120 calon laskar nalar. Dimulai dari Wawancara, Focus Group Discussion, dan Tes Tertulis, itulah 3 hal yang harus kami taklukkan. Rasa takutku dimulai saat mendengar kata “Discussion”. Selama menuntut ilmu, diskusilah hal yang paling aku benci. Kenapa? Karena diriku sangat sulit untuk berpendapat dan saat itu juga, pikiranku mulai dikerumungi oleh segerombolan kata “Mampukah saya?”.

WAWANCARA
Kamis, 17 Januari 2013, tes pertamaku dimulai dengan wawancara di Rumah Nalar (RN). Berangkat dari kampus menuju RN, kakiku perlahan melangkah ke depan menyusuri lorong kecil. Saat itu, kaki ini terasa sangat berat untuk melangkah. Menatap butiran tanah dan batu kecil berharap mereka dapat memberikan koefisien gesekan yang begitu besar untuk menghentikan langkahku. Bisikan-bisikan maya pun terdengar begitu jelas ingin menghentikanku. Namun, semuanya itu justru membuatku menyentuhkan kakiku di rumah itu.

Berdiam satu jam, dan akhirnya wawancaraku pun dimulai. Dengan perasaan yang tidak karuan, aku memasuki salah satu kamar di rumah itu. Didalamnya seorang kakak anggota LPM-P Penalaran yang saat itu terlihat sangat sangar sudah siap untuk mewawancaraiku dan kuketahui bahwa namanya itu adalah kak Lola dari jurusan Physicologi. Beberapa saat setelah aku duduk di depan kakak itu, datang salah seorang kakak yang sangat tidak asing bagiku, kak Ainun Najib Alfatih yang merupakan seniorku di Fisika, ternyata dia juga yang akan mewawancaraiku.

FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD) 1 & 2
Hari yang sama, selesai wawancara kulanjutkan langkahku menuju gedung Rektorat Lama UNM untuk Focus Group Discussion. “Anak Muda di Pemerintahan Terlibat Korupsi”, menjadi tema FGD kami saat itu didampingi oleh dua orang kakak anggota penalaran (kak Musdikah dan kak Asma). Untuk FGD kedua dengan tema “Perdamaian di Timur Tengah”. Singkat cerita, 4 kali bicara pada diskusi pertama dan 2 kali di dalam diskusi kedua. Suatu kelemahan yang begitu sulit kuubah (sulit dan kurang percaya diri untuk berpendapat, padahal semuanya begitu mudah terpikirkan).

067 di 120
Singkat cerita, tanggal 2 Februari 2013, kubuka website www.penalaran-unm.org dan kulihat nama Nurlina dengan nomor test 067 berada di baris 93 dari 120 orang yang lolos menuju tahap PMP (sulit untuk mengekspresikan kebahagiaanku lewat sebuah tulisan).

PMP
Bukit Baruga Athira Antang tanggal 14-17 Februari 2013 merupakan langkah awal menuju gerbang LPM Penalaran. Langkah awal “Menjadi Penalaran”. Selama 4 hari berada di tempat itu. Menerima materi, tugas KTI Individu dan punishment karena meninggalkan tempat itu untuk kuliah, beberapa hal yang kudapatkan selama berada disana. Sungguh melelahkan tapi detik-detik yang kulalui disana begitu terekam di memoriku.

Beberapa hari selanjutnya, kami (Calon Anak Nalar) harus kembali sibuk menyiapkan segala sesuatu untuk menjadi Laskar Nalar.  KTI Individu adalah tugas selanjutnya yang harus kami selesaikan. 2 Minggu waktu yang mereka berikan untuk menyelesaikan semuanya. Saat itu yang menjadi pendamping KTI individuku adalah senior di Fisika (Kak Ainun Najib Alfatih) dan menjadi pengarah yaitu Kak Nurhayati (kak Cahya), senior di Kimia.

1 minggu setelah pemberian tugas itu, aku masih belum bisa memfokuskan pikiranku untuk membuat suatu karya tulis. “Jangan fokus sama judulnya, tapi fokuslah kepada masalah yang ada di sekitar. Mencoba untuk peka terhadap lingkungan”  itulah sebagian kecil komentar dari kak Indra di status facebookku. Pendampingku menelfon dan menanyakan tentang tugasku.”Nda kutau sekalimi kak.. stress.ku pikirkan tentang masalah yang mau kujadikan karya tulis kak... mundur.ma di’ kak??...”” kataku.

Semuanya ternyata berbeda, malamnya aku bersama teman kelasku yang juga calon anak Nalar pergi ke RN (Rumah Nalar) menemui pendampingku. Dari situ, pendampingku memberikan sebuah permasalahan untuk kujadikan bahan karya tulisku. Setelah beberapa hari dan beberapa kali konsultasi dengan pendamping (walaupun lewat Email), akhirnya BAB 1 KTI ku pun jadi. Untuk selanjutnya adalah pengumpulan BAB 2 yang sungguh membuatku down karena hari-hari sebelum pengumpulan BAB 2 itu, aku mengalami kecelakaan motor dan lagi-lagi pikiranku langsung tertuju pada sebuah kata “MUNDUR”, tapi teman-teman kelasku begitu sangat mendorongku untuk terus maju, bahkan mereka bermaksud mambantuku untuk menyelesaikan BAB 2 itu. Hari-hari berlanjut, dan tiba saat hari terakhir pengumpulan KTI. Semuanya berantakan, karena sesuatu hal. Deadline pengumpulan sudah lewat, kepalaku pun sangat sakit menunggu hasil koreksi dari paperku yang waktu itu menunjukkan pukul 12 malam lewat at Rumah Nalar bersama calon anak Nalar lainnya. Kuputuskan untuk pulang dan menyerah.

Dalam perjalanan pulang, aku menangis. Aku memikirkan segala langkah yang telah kulalui sampai tahap itu. Kusembunyikan wajahku yang sudah dibanjiri oleh air mata dari kakakku yang mengantarku pulang. Aku langsung terbaring di dalam kamar dan kembali menangis. Sempat kukirimkan pesan kepada temanku dan pendampingku bahwa aku ingin mundur.

Esok harinya, aku terbangun dengan sebuah new message dari pendampingku. Setelah beberapa saat, aku kembali berpikir harus menyelesaikan KTI itu. Ternyata masih ada waktu untuk memperbaiki semuanya. Kucoba kembali fokus. Hal itulah yang kulakukan sampai 1 minggu ke depannya. Dan pada akhirnya KTIku pun diterima. Tentang penelitian kelompokku, tidak sedikitpun pemikiranku ada pada penelitian itu. Aku teringat saat hari terakhir pengumpulan penelitian kelompok. Saat itu adalah malam dimana besok aku harus menghadapi ujian 1 Fisika Matematika II (mata kuliah terberat di semester IV untuk jurusan Fisika). Hari itu aku berada di kost salah satu temanku untuk belajar. Sekitar jam 7 malam, aku harus pergi ke RN untuk menemui pendamping penelitian kelompokku (kak Elwinda). Ternyata masih banyak yang harus diubah dari penelitian kami. Kuputuskan untuk menghubungi teman-teman kelompokku, karena sejujurnya aku sendiri juga tidak tahu apa isi dari penelitian itu. Saat semuanya berkumpul, aku gelisah memikirkan ujian besok. Akupun mencoba memberanikan diri untuk meminta izin kepada mereka untuk pulang terlebih dahulu. Aku merasa sangat bersalah saat itu meninggalkan mereka. Tapi Alhamdulillah, semuanya selesai dan terkumpul dengan keterlambatan sekitar 2 jam.

Hari Minggu, 17 Maret 2013. Akhirnya, hari yang ditunggu-tunggu tiba juga. “Seminar Hasil”, hari itu mungkin adalah hari yang sangat membuat down bagi kelompokku. Bagaimana tidak? Penelitian kelompokku dianggap sebagai makalah oleh para penguji. Hufftt, sangat melelahkan. Kami semua diberi waktu untuk merevisi hasil penelitian kami selama 5 hari dan dikumpul 4 ham sebelum OMK. 3 hari setelah seminar hasil, kami belum melakukan apapun mengenai revisi penelitian kami. Tepat malam sebelum hari OMK tiba, kami pun mulai sangat sibuk untuk merevisi penelitian kami. Dibantu oleh kak Ical (Seorang senior di Fisika yang juga merupakan anak penalaran yang berprestasi dalam hal penelitian). Malam itu, aku sangat berterima kasih kepada Tuhan karena masih diberikan kesempatan untuk dapat berperan aktif dalam penyelesaian penelitian kami yang harus kami ubah sepenuhnya dan hal itu membuatku tidur hanya sejam (Penelitian SKS). Thanks God, ternyata masih bisa aktif dan bekerja sama dengan mereka. Kak Winda, Kak Firman, Kak Wilson, Kak Ical, Kak Najib, Kak Cahya, Azwar, Madil, Ilmi, Azmi, Tija, dan Ica, terima kasih atas bimbingan dan kerja sama kalian selama PMP.

OMK
Orientasi Manajemen Keorganisasian (OMK) pun tiba. 22-24 Maret 2013, at Benteng Somba Opu tepatnya di Rumah adat Jeneponto dan Takalar. Kami semua calon anak nalar kembali dikumpulkan untuk mengikuti tahap kedua. Selama 3 hari 2 malam kami berada di tempat itu. Hari pertama, tepatnya sore hari kami dikumpulkan di Rumah Adat Jeneponto untuk menerima arahan dari panitia. Malam harinya kami kembali dikumpulkan di Rumah Adar Takalar untuk menerima materi pendahuluan mengenai “LPM-P UNM masa lalu, kini dan yang akan datang”. Materi yang 2 jam lebih disampaikan membuatku over sleepy. Sungguh tak tertahankan hingga membuatku tertidur-terbangun beberapa kali. Tapi setelah itu, diriku kembali bersemangat saat para panitia memperkenalkan 5 bidang yang ada di LPM Penalaran UNM. Dari  situ juga kami disuruh untuk menuliskan bidang dan program kerja yang disukai. Aku menuliskan DIKLAT sebagai bidang yang sangat aku minati.

Hari kedua, 63 calon anak penalaran disuruh untuk menuliskan 3 orang kakak panitia yang diinginkan untuk menjadi seorang pendamping. Kutuliskan 3 nama kakak yang sudah sangat kukenal, 2 orang yang merupakan seniorku di fisika (kak  Elwinda dan kak Seon) dan 1 orang lagi yang merupakan pendampingku saat Focus Group Discussion (kak Asma). Sebenarnya, ada 1 kakak yang sangat kuinginkan agar dia menjadi pendampingku (kak Nisa) yang juga merupakan Ketua Bidang Diklat. Tapi tidak, yang disuruhkan kepada kami adalah menuliskan 3 kakak yang sudah kami kenal.

Hari terakhir at Benteng Somba Opu, kakak panitia mengumumkan nama-nama calon laskar nalar berserta tim ahlinya dan Alhamdulillah diriku termasuk dalam Sahabat Kecil Diklat. Waahhhh. Thanks God. Im so happy. Hari itu pun berakhir dengan pengarahan terakhir oleh kak Elwinda mengenai tugas-tugas yang akan kami lakukan sampai pada hari Pengukuhan. Ternyata, masih ada tugas yang lebih berat lagi dari pada hari-hari kemarin. Praktek Manajemen Keorganisasian (PMK), Volunteer, dan Tim Ahli adalah proses yang harus kami lalui selanjutnya. But. Keep vividity. Diriku semakin bersemangat untuk menuju hari pengukuhan karena bisa menjadi Sahabat Kecil Diklat.

Aku teringat saat rapat Sahabat Kecil Diklat bersama DIKLAT 24 April 2013 di RN. Saat itu kak Nisa bertanya kepada Sahabat Kecil Diklat mengenai perasaan kami sampai tahap ini di penalaran. Tapi sekali lagi, rasa takutku kembali muncul untuk berbicara di depan mereka. Aku terkadang bingung, kenapa aku tidak seperti mereka (teman-teman seangkatanku di penalaran). Dengan lancarnya mereka berbicara mengenai perasaan mereka kepada kakak-kakak DIKLAT. Sedangkan aku? Bibirku seakan terkunci. Tanpa berpikir aku hanya menjawabnya dengan singkat dan setelah itu, aku kembali memikrkan apa yang saat itu kukatakan dan merasa bahwa kata-kataku seperti orang bodoh. Banyak hal yang ingin kusampaikan tapi begitu sulit kukatakan. Mengenai perasaanku di penalaran sampai tahap PMK yang tidak sempat kuutarakan menjadi sebuah status di Facebook dan blogku.

Merasa bahagia ketika melihat kakak-kakak berkumpul dan tertawa bersama (aku ingin berada di antara mereka, pikirku).
Ucapan terima kasih yang mungkin sangat sulit terucap kepada kakak-kakak yang memberikan banyak pengetahuan kepada kami. Hal itu betul-betul membuatku terpukau melihat banyak orang-orang hebat di penalaran.
DIKLAT, menjadi bagian kecil dari mereka, Im so happy. Saat ini, aku sangat termotivasi dengan sosok kakak yang ada di DIKLAT, kak Nisa. Mungkin sejak PMP at Athirah, kakak itu menjadi orang yang sangat ingin kucontoh.
Aku juga sangat tertarik dengan program kerja DIKLAT (KARPET/ Kajian Pemateri). Berharap aku bisa belajar menjadi seorang pemateri. Walapun sampai sekarang aku dikalahkan oleh banyak mahasiswa angkatan 2012 yang juga merupakan calon anak nalar karena mereka sudah berani untuk tampil menjadi seorang pemateri. Lalu dimana aku? Aku masih sangat jauh di bawah mereka yang masih saja malu untuk tampil di depan banyak orang. Menjadi moderator pun tidak beres. Keinginanku yang paling mendalam jika diterima di penalaran, semoga masih tetap bersama DIKLAT. Diterima atau tidak di penalaran, berharap agar aku bisa akrab dengan mereka semua.

Beberapa kalimat yang mewakili perasaanku saat itu.

PENGUKUHAN
17 Mei 2013, Pantai Punaga daerah Takalar. Tempat yang awalnya sangat biasa menurutku menjadi tempat yang begitu luat biasa. Yah, sejak dulu aku sangat membenci laut, tapi setelah kegiatan ini, semuanya berubah.  Panas, lelah, kehausan, dan lapar, hal itulah yang kami rasakan dihari kedua di Pantai Punaga itu. Namun, di balik semua itu ada banyak hal yang berharga kami dapatkan dari setiap Game yang diadakan oleh enam pos yang kami lewati. Intinya adalah mengenal tim dan kerja sama tim adalah hal yang terpenting dalam sebuah permainan. Beberapa game sebagai salah satu contoh hal-hal yang akan kami hadapai dalam sebuah keorganisasian. Begitu berharga dan membuatku masih sangat kurang. Aku masih belum mengenal 60 orang itu.

Lomba masak dan pentas seni menjadi agenda kami untuk malam harinya. Walaupun masakan kelompokku mendapat banyak komentar dari para juru, tetap saja kami masih sangat semangat untuk menyiapkan pentas seni yang akan diadakan setelah lomba masak itu. Sebuah puisi berantai mengenai perjalanan kami di Penalaran menjadi pilihan kami. Terkhusus untuk diriku, dengan keringat dingin yang membanjiri telapak tanganku, dan bibir yang bergetar, inilah bait yang kulantunkan:

PMP berlalu OMK pun menanti.
Suka, duka, lelah, ngantuk, semua datang silih berganti.
Aku melewatinya.
Kembali kunyalakan semangatku.
Ini tentang semangat OMK.
Terima kasih kanda.

00.00. Waktunya untuk kembali ke pulau impian. Sekitar pukul 02.30, aku terbangun karena seseorang yang memaksaku untuk bangun, langsung menutup mataku dan membawaku ke pinggir laut. Oh My God, detik-detik pengukuhan telah tiba, pikirku. Salah seorang kakak panitia datang dan berdiri di depan kami. Awalnya, telingaku masih belum fokus untuk menerima perkataan dari kakak itu karena rasa ngantuk yang menyerangku.Tapi, setelah beberapa saat, aku sadar ternyata kakak yang memberikan sepatah kata sebelum pengukuhan itu adalah kakak yang sangat kukagumi, kak Nisa. Saat itupun, setiap perkataannya begitu terekam jelas di kepalaku.

“Jika tujuanmu masuk ke Penalaran hanya karena kekagumanmuji dengan salah seorang kakak di penalaran, pikir-pikir memangmi dek. Saya lebih menyukai orang-orang yang saat ini ingin mundur karena berpikir tidak sanggup dari pada orang-orang yang tetap bertahan hanya karena NRA. Jangan karena seseorang namauki masuk di penalaran dek, tapi karena kecintaanmu terhadap lembaga karena suatu saat orang itu akan meninggalkanmu dan mengecewakanmu”.

Setelah kak Nisa, akhirnya kamipun menyebutkan sumpah kami di Penalaran dan dikukuhkan langsung oleh Ketua LPM Penalaran UNM, kak Soma Salim Sain. Tepat pukul 03.56, disaksikan langsung oleh kakak-kakak panitia dan laut Punaga, kami 61 orang resmi menjadi anggota LPM Penalaran UNM angkatan XVI. Alhamdulillah. Tidak selesai sampai disitu, dengan bergiliran kamipun bertanda tangan di buku Anggota LPM Penalaran UNM. Selamat pertama datang dari kak Najib, lalu dilanjutkan ke kak Salim (yang untuk pertama kalinya tersenyum padaku) dan pengurus-pengurus lainnya (termasuk kakak-kakak di DIKLAT). Setelah ucapan selamat dari semua kakak-kakak di penalaran, kutatap baik-baik kartu anggotaku dengan NRA 033/LPM-PNL/2013. Semua tahap menjadi penalaran kulalui, yang kupikirkan kini hanyalah bagaimana caranya agar diriku bisa bermanfaat di penalaran. Penutupan PMP-OMKpun usai. Kebencianku terhadap laut kini berubah 180 derajat. Aku kini sangat menyukaimu laut, bukan karena keindahanmu, tapi cerita yang kudapatkan darimu. Terima kasih untuk semua kakak-kakak di penalaran.

Saya pernah mendengar cerita tentang sebuah mutiara.
Katanya “pernah ada sebuah kerang yang ditemukan oleh nelayan. Tapi ketika dibuka isinya hanya pasir lalu nelayan tersebut membuang kerang itu namun tanpa nelayan itu ketahui bahwa kerang yang ia buang itu merupakan kerang mutiara yang sedang berproses menjadi mutiara yang mahal harganya.
Kita di penalaran ibarat mutiara tersebut. Kita ada di dalamnya untuk berproses menjadi sebuah mutiara yang mahal harganya. Dimanapun mutiara itu berada pasti akan dicari oleh orang-orang bahkan jika mutiara tersebut jatuh dalam kubangan, ornag-orang akan tetap mencarinya. Semua orang yang ada di dalam lembaga ini melalui sebuah proses untuk menjadi mutiara.
Untuk adik-adikku, jangan lelah untuk berproses menjadi sebuah mutiara karena menjadi sebuah mutiara dibutuhkan sebuah proses panjang. Perjuangan kalian untuk menjadi mutiara melalui lembaga ini baru saja dimulai sejak memiliki NRA. Teruslah berproses untuk diri kalian, jangan sia-siakan kesempatan kalian!! ^_^
(Nisa, 2013)

Sedikit cerita tentang filosofi mutiara yang kudapat di grup PMP-OMK XVI yang diposting langsung oleh kak Nisa tanggal 20 Mei 2013 pukul 11.40.
Sekali lagi, terima kasih kanda. ^_^

BIODATA PENULIS
Namaku Nurlina. Biasa dipanggil Lina, Lili’, dan Vividity. Lahir di kota Majene tanggal 11 Januari 1994.. Menempuh pendidikan di TK Aisyiah Majene dan lanjut di SD Negeri 2 Majene. Setelah itu, di tahun 2005 kulanjutkan pendidikanku di SMP Negeri 3 Majene dan tahun 2008 masuk di SMA Negeri 2 Majene. Saat ini sedang menyelesaikan S1ku di jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Makassar Kelas International Class Program (ICP). Ditahun kedua pendidikan S1ku, aku mulai bergabung dalam Lembaga Penelitian Mahasiswa (LPM-P UNM).


Menulis adalah hal yang sangat kusukai. Blogging, membaca buku atau artikel tentang kosmologi dan astrofisika menjadi kebiasaanku. Hal-hal yang kulalui di penalaran tertulis lengkap di blog pribadiku, http://vividitylina.blogspot.com/ akun facebookku, https://www.facebook.com/vividitylina dan twitterku @ Nurlina41923180 . Menjadi dosen fisika profesional adalah cita-citaku. Harapan-harapanku di dunia fisika begitu banyak, ada yang sudah kumiliki dan ada juga gagal kumiliki karena terkadang memang harapan sangat mengecewakan, yang bisa dilakukan adalah bangkit, tetap semangat dan terus berusaha. Semuanya akan terlalui dengan baik. This Too Will Pass. Think the best, do the best, and get the best. Keep Vividity.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lantai Basah

Kenangan Terindah